Tantangan dan Strategi Lampung Menuju Swasembada Pangan 2025

LAMPUNGKU.ID, LAMPUNG Provinsi Lampung bergerak cepat menjawab tantangan besar untuk mencapai swasembada pangan dengan target produksi gabah mencapai 3,5 juta ton pada tahun 2025. Target ini sejalan dengan program nasional yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo. Provinsi Lampung diharapkan mampu menjadi penyangga produksi beras untuk provinsi lain yang belum mandiri.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung, Bani Ispriyanto, menjelaskan bahwa produksi gabah di Lampung saat ini mencapai 2,79 juta ton per tahun. Jumlah ini sudah melebihi kebutuhan konsumsi beras untuk masyarakat Lampung yang hanya 870 ribu ton per tahun, dengan konsumsi rata-rata 90 kilogram per kapita per tahun.
“Kami ditargetkan oleh Kementerian Pertanian untuk meningkatkan produksi gabah menjadi 3,5 juta ton. Tantangan ini tidak mudah, terutama dengan adanya alih fungsi lahan yang cukup signifikan," ujar Bani pada diskusi PWI Lampung (28/5/2025), yang bertajuk "Pers Mengawal Ketahanan Pangan Nasional."
Sejak tahun 2019 hingga 2024, Lampung mengalami penurunan luas lahan baku sawah dari 361 ribu hektare menjadi 337 ribu hektare—kehilangan sekitar 24.414 hektare.
Bani menyebutkan bahwa pihaknya tengah menyusun perda untuk memastikan lahan sawah masuk dalam kategori lahan pertanian pangan berkelanjutan (LP2B).
Selain alih fungsi lahan, keterbatasan alat mesin dan pertanian (alsintan) menjadi kendala lain. "Saat ini, kita hanya memiliki sekitar 6.821 unit alsintan dari kebutuhan ideal 88.079 unit. Kami perlu bekerjasama dengan swasta untuk memenuhi kekurangan ini," tambah Bani.
Masalah infrastruktur irigasi juga turut menjadi perhatian, dengan jaringan irigasi rusak mulai dari tingkatan sedang hingga berat.
"Kami sudah berkoordinasi dengan Kementerian PU dan Kementerian Pertanian untuk perbaikan total jaringan irigasi di Lampung," lanjutnya.
Bani juga menggarisbawahi tantangan penurunan jumlah petani, dengan rata-rata usia petani aktif kini di atas 55 tahun. Minat generasi milenial terhadap pertanian terbilang rendah, menjadi penghambat tambahan dalam usaha mencapai swasembada pangan.
Diskusi ini mendapat dukungan dari perusahaan-perusahaan besar seperti PT Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatera (PHE OSES), PT Bukit Asam, dan sejumlah bank serta instansi lainnya, menunjukkan sinergi pemerintah dengan swasta untuk mengamankan ketahanan pangan di tanah air. (*)