Ratusan Rumah di Sukadana akan Digusur, Warga Banten Tak Ada Sosialisasi dan Harapan Baru

LAMPUNGKU.ID, BANTEN Perjuangan Warga Itulah Diam, Mereka Tak Ingin Rumah Mereka Hilang Tanpa Keputusan yang Adil
Di bawah terik matahari dan langit biru, deretan rumah sederhana di bantaran irigasi Sukadana, Kelurahan Kasemen, tampak tenang.
Tapi di balik ketenangan itu, tersimpan duka dan kecemasan yang berkecamuk. Puluhan bendera kuning terpasang di pinggir saluran irigasi sebagai simbol duka cita warga yang akan kehilangan tempat tinggal selama puluhan tahun.
Pemerintah Kota Serang dikabarkan akan membongkar ratusan rumah tersebut dalam waktu dekat. Tak ada sosialisasi resmi, warga hanya mendengar kabar dari mulut ke mulut, melalui obrolan di warung kopi.
"Saya belum terima surat apa-apa, cuma dengar dari orang-orang. Katanya nanti ada pemadaman listrik dan pembongkaran," keluh Sarma, mantan Ketua RT 03 Sukadana 1 yang sudah tinggal di sini selama 30 tahun.
Kampung Sukadana bukan daerah baru. Penduduknya telah mendiami lokasi ini selama lebih dari 80 tahun, sebagian besar adalah generasi kedua dan ketiga yang hidup secara turun-temurun. Mereka sadar tanah itu milik negara, tetapi keterbatasan ekonomi membuat mereka harus bertahan di sana.
Relokasi ke Rumah Susun, Solusi yang Tidak Sesuai untuk Semua
Kebijakan relokasi ke rumah susun sempat dikabarkan sebagai solusi. Namun, bagi warga lanjut usia dan yang memiliki kondisi fisik terbatas, tinggal di rumah susun justru menimbulkan kekhawatiran baru.
"Rumah susun itu banyak anak muda. Orang tua naik tangga aja sulit, malah bikin sakit," ujar Sarma.
Bagi warga, Sukadana bukan hanya lokasi tempat tinggal, tetapi juga bagian dari identitas dan kebersamaan mereka. Tradisi gotong royong, solidaritas, dan sejarah panjang tidak bisa dipindahkan secara sekonyong-konyong ke hunian vertikal di tempat lain.
Jeritan Diam Warga: Mereka Ingin Didengar dan Dimanusiakan
Bendera kuning yang berkibar di pinggir irigasi hanyalah simbol duka yang diam. Warga tidak menolak pembangunan, mereka hanya ingin didengar dan mendapatkan perlakuan yang adil.
"Kami cuma minta dimanusiakan. Jangan ditendang begitu saja," ujar Sarma dengan lirih.
Mereka memaklumi posisi pemerintah, tapi berharap ada solusi yang manusiawi, yang mempertimbangkan aspek sosial, usia, dan kondisi fisik mereka. Kalau bisa, mereka ingin relokasi dilakukan dengan cara yang menghargai keberadaan dan hak-hak mereka sebagai warga yang telah bertahan puluhan tahun di sana.
Akan Hilang dari Peta, Tetapi Kenangan akan Tetap Hidup
Kampung Sukadana, yang telah menjadi saksi sejarah panjang warga, kemungkinan besar akan hilang dari peta. Namun, kenangan dan hubungan sosial yang terjalin di sana akan tetap hidup dalam hati mereka.
"Hanya doa yang bisa kami kirimkan. Kami mohon keadilan dan pengertian dari pemerintah,"tutup Sarma penuh harapan sekaligus keputusasaan. Betapapun, perjuangan mereka adalah lambang ketidakadilan yang harus diperjuangkan hingga akhir.Kamis,(15/5/2025), dikutip dari BantenNews.co.id (*)