Sejengkal Tanah, Jutaan Rupiah: Petani Sidodadi Buktikan!

LAMPUNGKU.ID, LAMPUNG TIMUR Di tengah banyaknya lahan kosong yang terbengkalai, Desa Sidodadi, Kecamatan Pekalongan, Lampung Timur, membuktikan bahwa potensi ekonomi tersembunyi justru bisa berada di lahan sempit.
Mayoritas warganya, yang berprofesi sebagai petani sayur mayur, mengolah setiap jengkal tanah pekarangan rumah mereka menjadi ladang penghasilan yang menjanjikan.
Pak Midin, salah seorang petani di desa tersebut, mengungkapkan kisahnya. Dengan lahan pekarangan seluas 30 x 30 meter persegi (sekitar dua rante lebih), ia berhasil meraup keuntungan bersih rata-rata tujuh hingga delapan juta rupiah per bulan!
"Selain bertani di sawah, saya manfaatkan lahan pekarangan ini untuk menanam berbagai jenis sayuran," ujar Pak Midin. Selasa, (28/1/2025)
Bayam, kangkung, taicin, dan loncang menjadi pilihannya. Keunggulannya, masa panen relatif singkat, rata-rata 20 hari, kecuali loncang yang membutuhkan waktu sekitar dua bulan.
Tantangan terbesar, menurut Pak Midin, adalah penyiraman yang harus dilakukan setiap hari. Untuk pupuk, ia lebih banyak mengandalkan pupuk organik seperti kotoran ayam dan kambing yang melimpah di daerahnya.
Pemasaran hasil panen pun terbilang mudah. Para pengepul sayuran datang langsung ke rumahnya. Harga jualnya pun cukup menggiurkan: bayam Rp1.000-Rp1.500 per ikat, kangkung Rp1.500 lebih, taicin Rp2.000 per ikat, dan loncang lebih dari Rp17.000 per kilogram.
Kisah sukses Pak Midin menjadi inspirasi bagi siapa pun yang ingin memanfaatkan lahan sempit secara ekonomis.
Ia membuktikan bahwa dengan ketekunan dan pengelolaan yang tepat, setiap sejengkal tanah bisa menghasilkan keuntungan yang berlipat ganda.
Bandingkan dengan penghasilan dari bertani singkong, budidaya sayuran di lahan sempit menawarkan potensi keuntungan yang jauh lebih besar.(*)