Libur Sekolah Sebulan Penuh Selama Ramadan, Sebuah Wacana yang Mengundang Perdebatan

LAMPUNGKU.ID, JAKARTA Belakangan ini, perbincangan mengenai wacana libur sekolah sebulan penuh selama bulan Ramadan semakin hangat. Wakil Menteri Agama Romo Muhammad Syafi'I mengungkapkan ide ini usai rapat bersama Komisi VIII DPR RI di Senayan, Jakarta, pada Senin (30/12/2024).
Menurutnya, kebijakan tersebut masih dalam tahap pengembangan dan diharapkan memberikan ruang bagi anak-anak untuk lebih fokus dalam beribadah.
Menteri Agama Nasaruddin Umar turut menegaskan harapannya agar Ramadan kali ini bisa dimanfaatkan secara maksimal oleh siswa, terutama di madrasah dan pesantren.
Ia menekankan pentingnya konsentrasi dalam melakukan amalan agama: "Kami berharap anak-anak bisa lebih berkonsentrasi, mengaji, menghafal Quran, dan mengamalkan amalan sosial," ujarnya pada Rabu (1/1/2025).
Namun, wacana ini tidak lepas dari kritik. Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudian menyatakan perlunya kajian matang terkait potensi dampak positif dan negatif dari libur panjang tersebut.
Di satu sisi, libur sebulan penuh bisa memberi kesempatan bagi siswa Muslim untuk memperdalam pengetahuan agama. Namun, di sisi lain, hal ini berpotensi mengganggu kalender pendidikan serta produktivitas siswa nonmuslim.
Hetifah berpendapat bahwa perlu ada alternatif kegiatan bagi siswa nonmuslim agar mereka tetap produktif selama bulan puasa.
Usulan seperti program pendidikan tambahan atau kegiatan olahraga di luar jam pelajaran menjadi solusi yang dapat dipertimbangkan.
Dari perspektif MUI, Cholil Nafis menekankan pentingnya memperhatikan keberagaman siswa.
Ia menilai bahwa meskipun pesantren mendapatkan fasilitas libur panjang, kebijakan tersebut harus disesuaikan dengan kurikulum agar tidak mengganggu pendidikan secara keseluruhan.
Dengan semakin ramai suara pro dan kontra mengenai wacana ini, jelas bahwa kebijakan terkait libur sebulan penuh selama Ramadan memerlukan pembahasan lebih dalam agar dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. (*)